Keberadaan Seni Warok di Tengah Perkembangan Modern di Desa Larangan Luwok

Penulis

  • Annisa Purwanti Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Arnetta Diah Anggraini Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Fatimah Az Zahra Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Endah Febriyanti Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Hengki Sulaiman Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Salsa Dewi Permata Citra Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Ilham Maulida Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Mohammad Febbianto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah Semarang
  • Radiktyo Nindyo Sumarno Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah Semarang

Kata Kunci:

budaya, kesenian, kuda lumping, tari, warok

Abstrak

Latar belakang: Indonesia kaya akan seni dan budaya yang mencerminkan keberagaman daerahnya. Salah satu contohnya adalah seni Warok dan Kuda Lumping, yang mempresentasikan asal daerahnya dengan baik. Kesadaran budaya, atau cultural awareness, penting untuk mengenali dan memahami nilai-nilai dalam masyarakat. Desa Larangan Luwok di Kota Temanggung, Jawa Tengah, merupakan salah satu desa yang melestarikan seni Warok. Meskipun dihadapkan pada perkembangan modern, kesenian ini tetap eksis dan dilestarikan dengan baik. Tujuan: Supaya kelestarian seni Warok di Desa Larangan Luwok terjaga Metode: Penyediaan wadah penampilan pentas seni dalam upaya memberikan motivasi kepada generasi muda khususnya anak-anak Desa Larangan Luwok pada pagelaran ataupun pementasan kesenian yang ada di dalamnya untuk dapat melestarikan seni tradisi setempat. Hasil: Pentas budaya Seni Warok dan Kuda Lumping disambut dengan sangat meriah dan antusias oleh masyarakat. Anak-anak sebagai peserta kegiatan ini menyambut dan memeriahkan acara tersebut dengan penuh semangat serta totalitas dalam penampilannya Kesimpulan: Desa Larangan Luwok di Kabupaten Temanggung dikenal dengan budaya dominan yang kuat, terutama melalui seni Warok dan Kuda Lumping sebagai simbol identitasnya. Meskipun seni ini berkembang, wadah ekspresi bagi anak-anak dirasa masih kurang sehingga perlu menjadi perhatian. Perlu dukungan berbagai pihak dalam menyediakan wadah bagi penampilan seni agar mendorong motivasi pada generasi muda.

Kata kunci: budaya, kesenian, kuda lumping, tari, warok

_____________________________________________________________________

Abstract

Background: Indonesia is rich in arts and culture that reflect the diversity of its regions. One example is the art of Warok and Kuda Lumping, which present their regional origins well. Cultural awareness is important for recognizing and understanding the values ​​of society. Larangan Luwok Village in Temanggung City, Central Java, is one of the villages that preserves Warok art. Despite modern developments, this art still exists and is well preserved. Objective: To maintain the preservation of Warok art in Larangan Luwok Village. Method: Provide a place for performing arts performances to motivate the younger generation, especially children of Larangan Luwok Village, in the performances or art performances in to be able to preserve local traditional arts. Result: The community welcomed the cultural performances of Warok and Kuda Lumping Arts vivacious and enthusiastically. Children as participants of this activity welcomed and enlivened the event with enthusiasm and totality in their performances. Conclusion: Larangan Luwok Village in Temanggung Regency is known for its strong dominant culture, especially through the art of Warok and Kuda Lumping as symbols of its identity. Although this art is developing, the medium of expression for children is still lacking so it needs attention. Support from various parties is needed in providing a medium for art performances to encourage motivation in the younger generation.

Keywords: art, culture, dance, kuda lumping, warok

Metrik

Metrik sedang dimuat ...

Biografi Penulis

Annisa Purwanti, Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang

Penulis pertama

Radiktyo Nindyo Sumarno, Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah Semarang

Penulis korespondensi

Referensi

Hati A, Putri G, Prabowo B, Santya D. Pelestarian Kesenian Bela Diri sebagai Atraksi Eduwisata untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Desa Larangan Luwok. Jur Abd Masy Ind [Internet]. 2024;4:249–58. Available from: https://jamsi.jurnal-id.com/index.php/jamsi/article/view/1080

Supriyanto S. Inovasi Dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kesenian Di Desa Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. Abdi Seni. 2020;10(2):83–100.

Hestyaningsih D, Sutiyono. Eksistensi Kesenian Grup Jaran Kepang Sumbing Wonoputro Di Desa Kwadungan Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Solidarity: Journal of Education, Society and Culture. 2018;5(1):77–83.

Irhandayaningsih A. Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang. Anuva. 2018;2(1):19.

Prabandari GAAIM, kurniawan gede agus. Pentingnya Kesadaran Menjaga Kesenian Khususnya Kesenian Daerah Bali Pada Anak Sekolah Dasar Desa Mengesta. Imajinasi : Jurnal Seni. 2023;XVII(2):58–62.

Nahar I. Akulturasi Budaya Mataram pada Bentuk Blangkon Warok Ponorogo (Acculturation of Mataram Culture in the Form of Warok Ponorogo Blangkon). Pengembangan Kreativitas Seni, Kriya dan Desain Dalam Era Revolusi 40 [Internet]. 2019;279–80. Available from: http://eproceeding.isi-dps.ac.id/index.php/sandyakala/article/view/66

Mufrihah DZ. Fungsi Dan Makna Simbolik Kesenian Jaranan Jur Ngasinan Desa Sukorejo Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Mudra Jurnal Seni Budaya. 2018;33(2):171–81.

Himawanto W, Harmono S, Firdaus M, Dafa E, Sahara N, Mushthofa ML, et al. Pelatihan kolaborasi tari warok dan jurus tunggal pencak silat. :17–22.

Saputra MA. MENGENALKAN KESENIAN REYOG PONOROGO MELALUI MODERNISASI MERCHANDISE UNTUK ANAK USIA 8-13 TAHUN. 2023;5(2):16–30.

Ginto G, Maisaroh S, Khoeriyah A, Istianah I, Fatiatun F. Tradisi Kesenian Warok Yang Melekat Di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Wonosobo. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya. 2022;5(1):143–8.

Palevi R, Prasetyo KB, Rochana T. Eksistensi Kesenian Jaran Kepang Dalam Arus Industri Pariwisata Di Dusun Suruhan Desa Keji Kabupaten Semarang. Solidarity: Journal of Education, Society and Culture [Internet]. 2016;5(1):77–83. Available from: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity

Pratiwi E. Dinamika Kesenian Lengger… (Evi Pratiwi) 385. 1998;1965–8.

Taufiq A. Perilaku Ritual Warok Ponorogo Dalam Perspektif Teori Tindakan Max Weber. Jurnal Sosiologi Islam. 2013;3(2):1–11.

Krismawati NU, Warto W, Suryani N. Eksistensi Warok Dan Gemblak di tengah Masyarakat Muslim Ponorogo Tahun 1960-1980. Religió: Jurnal Studi Agama-agama. 2018;8(1):116–38.

Fitriya S. Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni Fungsi Penyajian Kesenian Jaran Kencak pada Masyarakat di Kabupaten Probolinggo The Function of Presenting Jaran Kencak Art to the Community in Probolinggo Regency. 2021;1(April):38–45

Unduhan

Diterbitkan

2024-10-30

Cara Mengutip

1.
Purwanti A, Anggraini AD, Fatimah Az Zahra, Febriyanti E, Sulaiman H, Citra SDP, Maulida I, Febbianto M, Sumarno RN. Keberadaan Seni Warok di Tengah Perkembangan Modern di Desa Larangan Luwok. JIPMI [Internet]. 30 Oktober 2024 [dikutip 25 Desember 2024];3(4):51-4. Tersedia pada: http://103.97.100.158/index.php/jipmi/article/view/359

Terbitan

Bagian

Artikel Non Kesehatan